hargai saya, kamu, dia

judulnya memang aneh, tapi intinya adalah betapa banyaknya orang yang tidak
mengetahui bagaimana caranya menghargai diri sendiri, orang lain, dan orang lain.

dua kali saya ulang menghargai orang lain, karena areanya sangat luas sekali. bisa jadi kita menganggap sesuatu sebagai hal biasa, tetapi ketika berhubungan dengan orang lain maka hal itu harus kita pertimbangkan ulang. banyak candaan yang dianggap hal yang lumrah, ternyata untuk pihak tertentu akan sangat sensitif sekali.

betapa banyak orang yang terjebak kebiasaan mencela tanpa dapat menerima ketika dirinya dicela, merasa banyak tahu padahal tidak tahu, merasa penting padahal kontribusinya minim, merasa pintar dan bisa menghakimi padahal tidak kompeten.

memang itu sifat dasar manusia, merasa lebih dan cenderung egosentris, superior dan tidak mau kalah. tapi kemudian manusia diberikan akal dan moral, untuk dijadikan bekal dalam mengarungi ruang kehidupan. kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan secara vertikal dan horizontal, dengan ruang privat dan publik yang tidak bisa saling diacuhkan. begitu kita keluar dari ruang privat, maka kita akan berhadapan dengan ruang publik yang sudah pasti beririsan dengan ruang publik milik orang lain.

antara aku, dia, dan tukang becak

2 thoughts on “hargai saya, kamu, dia

Leave a comment